Sabtu, 16 Juli 2011

senin, 11 April 2005 Madiun Rusuh, Stadion Hancur

Madiun, Surya - Wajah persepakbolaan Indonesia kembali
tercoreng, menyusul bentrok antara suporter Persekabpas
Pasuruan (Sakeramania) dengan Arema Malang (Aremania) di
Stadion Wilis, Madiun, Minggu (10/4).
Dalam kerusuhan menjelang pertandingan itu, sedikitnya
delapan Sakeramania dan enam Aremania terluka. Sebagian
besar korban menderita luka di bagian kepala akibat saling
lempar. Mereka dirawat di RSU Dr Soedono Madiun.

Sebelum terjadi kerusuhan, suporter Aremania M Abdul
Rochim, 25, warga Bandulan IA/3B, RT 1/RW 4, Kecamatan
Sukun, Malang, tewas dalam perjalanan ke arena
pertandingan. Ia terjatuh dari sepeda motor di Jl Raya
Balerejo, Madiun.

Tanda-tanda pertandingan bakal rusuh terlihat sejak Minggu
(10/4) dini hari. Ribuan Aremania tiba di stadion senilai
Rp 33 miliar, Sabtu (9/4) malam, disusul Sakeramania yang
datang secara bergelombang.

Awal bentrok terjadi saat angkota yang membawa sekelompok
suporter dikepruk kelompok lain di Jl Parikesit. Kaca
depan dan samping kendaraan ini hancur.

Sekitar pukul 13.00, stadiun telah penuh sesak suporter.
Yang tidak kebagian tempat, berdesakan di sudut-sudut
sebelah utara stadion. Kecewa tidak dapat masuk, mereka
melemparkan batu ke dalam stadion. Lemparan dibalas. Aksi
saling lempar ini terjadi sekitar satu jam.

Berjejalnya ribuan suporter di luar stadion ini membuat
pagar pembatas tribun di selatan dan timur jebol. Mereka
yang tak kebagian tempat ini akhirnya berhasil membanjiri
lapangan dan tribun VIP.

Suporter Persekabpas diimbau pulang demi keamanan Kota
Madiun. Namun, dalam perjalanan pulang ke Pasuruan atau
saat berada di Jl S Parman, Madiun, dua bus pengangkut
mereka dilempari batu oleh massa. Kaca bus pecah.

Kecewa

Hingga pukul 15.00 WIB, ribuan suporter masih berada di
dalam stadion. Sambil menanti pertandingan dimulai, mereka
bernyanyi dengan gerakan atraktif.

Tetapi, hingga pukul 16.00 WIB, pertandingan belum juga
dimulai. Mereka kecewa setelah Ucok, pengawas pertandingan
PSSI, memutuskan menunda pertandingan tanpa batas waktu.
Penundaan terjadi karena aparat tidak dapat menjamin
keamanan.

Para suporter mengamuk, merusak stadion yang baru
diresmikan tahun 2004. Massa merobohkan pagar pembatas
penonton, baik tribun ekonomi maupun VIP. Mereka juga
menghancurkan kaca, menjungkirbalikkan meja dan mesin
ketik pengawas pertadingan.

Tim keamanan dari kepolisian, TNI, Satpol PP dan satgas
lainnya hanya menyaksikan amukan para suporter. "Kami
sudah berbuat maksimal, tetapi massa penonton cukup
banyak. Jumlah aparat yang disiapkan tak sebanding dengan
jumlah penonton yang mencapai puluhan ribu," terang Wakil
Panpel Pertandingan Sulistiyono.

Sebelum insiden di Stadion Wilis, bentrok antara suporter
Persekabpas dengan Arema terjadi di kawasan lokalisasi
Gayungan, Nganjuk, Minggu (10/4) dinihari. Akibatnya,
sebuah Daihatsu Station Nopol N 2787 UG pecah kaca
depannya dan sekitar 88 suporter diamankan di Mapolres
Nganjuk.

Kapolres Nganjuk AKBP Dunan Ismail Isja, melalui
Kasatreskrim AKP Bambang Sutikno, mengatakan pihaknya
masih memeriksa para suporter.

Pengawalan

Terlepas dari kerusuhan, Arema akan tetap menggelar
latihan di Lapangan Rejomulyo, Senin (11/4) pagi, dengan
meminta pengawalan dari petugas Linud 501 Madiun. Hal ini
diungkapkan Humas Arema Drs M Taufan, Minggu (10/4) malam.

"Besok (hari ini), Arema tetap berlatih pagi dan sore.
Soal penundaan pertandingan, kami tidak mau tahu, sambil
menunggu keputusan PSSI. Yang jelas, secara tim, kami
dirugikan," ujar Benny Dollo, pelatih Arema.

Benny mengatakan kerusuhan di Madiun telah merugikan
program latihan Arema yang telah disusun rapi. Sedangkan
Manajer Arema Ir Gandi Yogatama menyatakan tidak akan
terjadi kalau panitia pelaksana maupun aparat keamanan
siap menggelar pertandingan.

Pada pertemuan di Hotel Kharisma sebelum pertandingan
digelar, kata Gandi, pihak Polresta Madiun menyatakan
tidak sanggup mengendalikan suporter, sehingga pengawas
pertandingan (PP) memutuskan tidak menggelar pertandingan.

Pertemuan itu dihadiri Bupati Pasuruan, manajer dan
asisten manajer Persekabpas, Kabagops Polresta Madiun, dan
kubu Arema diwakili pelatih Benny Dollo, manajer Gandi
Yogatama dan Muklis, Ketua Panpel Arema.

Sementara itu, Wakil Manajer Persekabpas Abu Bakar Asegaf
mengaku kecewa. Sebabm sebagai tuan rumah, suporter
Persekabpas yang berjuluk The Laskar Sakerah tidak dapat
masuk stadion untuk memberikan dukungan kepada tim
kebanggaannya.

Insiden itu, katanya, bukan kesalahan suporter
Persekabpas. Pasalnya, Arema yang masuk duluan ke stadion,
tidak memberi tempat kepada pendukung tuan rumah. "Akibat
kekecewaan itu, muncullah aksi saling lempar dan berimbas
pada pemulangan suporter kami," ungkap Assegaf.

Dia juga menuding, jumlah personil keamanan yang
diterjunkan relatif sedikit, untuk mengamankan partai yang
sarat dengan suporter dalam jumlah besar seperti Arema dan
Persekabpas. Jumlah 750 personel dinilai kecil. "Imbasnya,
pertandingan ditunda. Kami menyerahkan sepenuhnya masalah
ini ke PSSI," pungkas dia.(fat/ofi/tbu/aru)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar