Sabtu, 27 Agustus 2011

Anti Provokator

Disini Bonek disana Delta dimana-mana kita saudara...

Disini Bonek disana Delta dimana-mana kita saudara...

Woooowowoowoo..

Wooowooowoowoo..



Bonek Delta kita saudara..

Bonek Delta kita saudara..

Arema Janc#k dibunuh saja..



Lagu itu selalu terdengar ketika Bonek bertemu dengan Deltamania. Suporter yang merupakan cikal bakal semua suporter di Jawa Timur ini selalu bergandeng tangan dengan ‘adiknya’, Deltamania. Baik di Surabaya ataupun Sidoarjo. Tapi itu dulu. Ya, dulu sebelum sang adik menjadi ‘durhaka’ seperti sekarang ini. Semua ini berawal dari hal-hal kecil yang dibiarkan berlarut-larut dan akhirnya menjadi sebuah masalah yang besar.



Masih terekam jelas di ingatan saya ketika Persebaya vs Deltras di Surabaya pada Copa Indonesia tahun 2007/2008. Deltamania yang ditempatkan di tribun utama Gelora 10 November saat itu membakar baju Arema, musuh bersama saat itu. Bonek dan Deltamania sama-sama menyanyikan lagu persaudaraan. Pertandingan berjalan aman meski Persebaya ditahan imbang oleh Deltras. Deltamania pun pulang dengan aman dan lancar. Namun keadaan berbalik ketika pertandingan leg ke-2 di Sidoarjo. Polisi melakukan penyitaan terhadap spanduk Bonek yang akan berangkat ke Sidoarjo tanpa alasan yang jelas. Ketika salah seorang Bonek menanyakan alasannya, polisi menyatakan bahwa itu merupakan intruksi dari Deltamania dan Panpel Deltras. Sampai di Stadion, Bonek yang jumlahnya melebihi suporter tuan rumah sebagian besar tertahan di luar karena kondisi di dalam Stadion Delta sudah penuh. Tribun VIP sampai Utara dipenuhi Bonek, sedangkan tribun Timur dan Selatan dijejali suporter tuan rumah. Ribuan Bonek yang tertahan di luar Stadion kecewa karena sebagian besar sudah membeli tiket, alhasil terjadi kericuhan antara Bonek melawan aparat keamanan di luar Stadion.



Pertandingan sendiri berlangsung alot dan panas. Tak berbeda jauh dengan situasi di tribun penonton. Setelah Persebaya kebobolan, emosi Bonek mulai terpancing. Keadaan semakin memanas setelah Gubis (drijen Deltamania) memimpin para Deltamania bernyanyi yang liriknya ada kata ‘Persebaya c#k dibunuh saja’. Ribuan Bonek mengamuk. Bonek di tribun VIP melempari pemain Deltras, sedang yang di Utara melempari Deltamania. Namun kericuhan hanya terjadi di Stadion, di luar Stadion keadaan kembali normal saat Bonek bertemu kembali dengan Deltamania.



Sebenarnya tidak semua Deltamania ‘durhaka’ terhadap Bonek. Saya yakin arus bawah Deltamania masih menganggap dan menghormati Bonek sebagai saudara tuanya karena di Sidoarjo sendiri juga banyak warga asli Sidoarjo yang merupakan pendukung Persebaya. Hanya Gubis dan ‘Delta-delta anyaran’ yang sekarang jadi memusuhi Bonek. Mungkin karena mereka telah terpengaruh oleh provokasi Aremania. Sebagai contoh, saat persija bermain di Sidoarjo beberapa tahun lalu, beberapa anak beratribut Deltras yang masih berusia sangat belia berusaha menyerang The Jak yang datang di Sidoarjo. Namun anak tersebut justru dipukuli oleh korlap Deltamania yang mengawal The Jak. Saya juga pernah melihat baju bertuliskan ‘Deltamania Garis Keras Anti Aremania’ saat saya menyaksikan Persidafon vs Persibo pada 8 besar divisi utama 2009 lalu di Sidoarjo.



Banyak hal lain yang menyebabkan hubungan Bonek-Delta semakin memburuk. Diantaranya, ketika Deltras vs Persebaya di Sidoarjo pada Liga Jatim 2010 bulan Ramadhan tahun lalu. Deltamania yang kalah jumlah dengan Bonek malah mengibarkan syal arema dan menyanyikan lagu yang liriknya menghina Bonek/Persebaya. Bahkan ketika Deltras mencetak gol, salah seorang Deltamania menaiki pagar Stadion lalu melepas celana dan menunjukkan (maaf) alat kelaminnya ke arah Bonek. Bonek pun mengamuk dan menyalakan kembang api lalu mengarahkannya ke arah Deltamania. Setelah pertandingan, banyak Deltamania yang menjadi korban pemukulan oleh Bonek. Hal serupa juga terjadi ketika pertandingan Deltras vs Persib pada lanjutan ISL 2010.



Puncaknya ketika markas Deltamania di depan Stadion Delta diserang oleh gerombolan beratribut Bonek. Kejadian ini terjadi ketika Bonek dalam perjalanan pulang usai menyaksikan pertandingan uji coba di Pasuruan. Bonek yang akan menuju Surabaya justru berbelok ke arah Stadion dan menghancurkan markas Deltamania dan semua isinya. Mungkin para Bonek ini sudah tidak bisa menahan emosi karena di sepanjang jalan di Sidoarjo banyak coretan di tembok yang menghina Bonek.



Sangat disayangkan bila Bonek dan Deltamania yang dulunya kawan sekarang menjadi lawan. Dulu setiap Deltras bertanding selalu ada atribut Persebaya di dalam Stadion. Namun atribut hijau itu tak terlihat lagi setelah sekitar 2 tahun tahun lalu Gubis melarang atribut Bonek masuk Stadion saat Deltras bertanding. Sekarang yang sering terlihat adalah atribut Aremania ketika Deltras bertanding. Mungkin Deltamania sudah lupa kalau suporter dari Malang itu pernah menghancurkan Stadion Delta tahun 2002 lalu. Saat itu Bonek membantu Deltamania yang diserang Aremania. Sekarang yang terjadi justru Bonek yang akan menyaksikan pertandingan kandang Persebaya dari arah Selatan (Malang, Pandaan, Pasuruan, Probolinggo, Porong, Sidoarjo dan sekitarnya) menjadi korban serangan rutin Deltamania. Nyanyian Rasis menghina Bonek juga sepertinya sudah menjadi lagu wajib bagi Deltamania.



Permusuhan ini jika dibiarkan terus menerus tentunya akan berakibat fatal, apalagi letak kota Sidoarjo yang ‘dikepung’ basis-basis Bonek. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila Persebaya bertemu Deltras di Sidoarjo. Sudah pernah diadakan upaya perdamaian yang dipelopori Kalpolres Sidoarjo. Namun nampaknya perdamaian itu hanyalah omong kosong belaka jika tidak ada tindak lanjut. Kenyataannya lagu rasis masih terus dinyanyikan Deltamania. Gubis juga terus melakukan doktrin ‘Benci Bonek’ kepada warga Sidoarjo, khususnya Deltamania, meski doktrin itu tidak berlaku terhadap ‘Deltamania lawas’. Ini terlihat dari jumlah penonton yang hadir disetiap pertandingan kandang Deltras selalu berkurang. Menurut hemat saya hal ini terjadi karena ‘Deltamania lawas’ sudah muak dengan lagu-lagu yang menghina Bonek. Mereka lebih memilih untuk tidak menonton daripada ikut menghina jati diri mereka sendiri di masa lalu. Di grup FB DELTRAS SIDOARJO untuk DELTAMANIA juga masih banyak anggota-anggota grup yang menyesalkan nyanyian rasis. Tak sedikit pula Deltamania yang mencela Gubis.



Solusi yang paling tepat adalah pentolan-pentolan Bonek bekerja sama dengan Deltamania yang masih pro perdamaian. Menyarankan ‘Deltamania lawas’ untuk memenuhi Stadion dan membuat kelompok baru dengan dirjen baru juga tentunya, bukan malah ‘mengosongkan’ Stadion. Nantinya kelompok ini duduk dan bernyanyi di tribun yang berbeda dengan Gubis. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu dukungan kepada Deltras dan lagu persaudaraan Bonek-Deltamania. Saya yakin kelompok ini akan menarik massa yang lebih banyak dari pada yang selama ini di depan Papan Skor. Dengan begitu para Deltamania yang selama ini ‘mengosongkan’ Stadion akan kembali memadati Stadion dan bernyanyi bersama lagi. Tidak menutup kemungkinan massa yang pro gobes ikut tertarik ke kelompok baru ini. Lama kelamaan doktrin ‘Benci Bonek’ yang disebarkan Gubis pasti hilang. Bonek-Deltamania pun kembali bersaudara seperti dulu lagi.



Sesungguhnya permusuhan ini tak ada gunanya kawan. Berbeda dengan permusuhan Bonek-Aremania yang selalu abadi.

Indonesia Tumbang di Yordania


Minggu, 28 Agustus 2011 04:31:36 WIB
Reporter : M. Syafaruddin


Surabaya (beritajatim.com) - Menjelang pertandingan lawan Iran di pra Piala Dunia, 2 September nanti, Tim Nasional (Timnas) Indonesia harus menelan kekalahan atas tuan rumah Yordania dengan skor tipis 0-1. Satu-satunya gol yang lahir di laga yang dilangsungkan di Amman International Stadium itu lair dari kaki Abdullah Deeb.

Pada pertandingan ini, Indonesia memang lenih banyak bertahan. Utaanya di babak pertama dimana Firman Utina banyak mengandalkan serangan balik. Kiper Fery Rotinsulu harus bekerja keras dengan melakukan penyelamatan gemilang atas tendangan Amer Deeb. Sayang Fery hanya bermain 29 menit setelah cedera lutut. Posisinya digantikan Markus Horison.

Di kawan markus, gawang Indonesia tetap aman hingga turun minum. Meski ia terus dibombardir serangan dari kubu tuan rumah Yordania. Hingga babak pertama usai, skor 0-0 masih bertahan. Gawang Markus akhirnya bobol di menit ke-50 melalui kaki Abdullah Deeb dari tendangan sudut. Bola tendangannya langsung mengarah ke gawang dan tidak mampu dihalau Markus.

Dalam kondisi tertinggal, permainan Indonesia belum bisa berkembang. Tak banyak peluang yang mereka dapat hingga babak kedua memasuki menit ke-70. Justru Yordania lebih banyak melakukan tusukan dan tendangan dari luar kotak penalti. Beruntung dua peluang dari tuan rumah dapat diantisipasi Markus.

Tak puas dengan lin depannya, pelatih Indonesia, Wim Rijsbergen memasukkan beberapa nama baruyang memilkiki tipikal menyerang, seperti Irfan Bachdim dan Ferdinand Sinaga. Petaka untuk Timnas, memasuki akhir laga, merek aharus kehilangan Bambang Pamungkas yang mengalami cedera setelah ditackling pemain Yordania.

Keluarnya Bambang membuat komposisi lini depan mengalami perubahan. Kini Irfan Bachdim diduetkan dengan Ferdinand. Sayang duet penyerang muda ini tak membuahkan hasil yang signifikan. Hingga akhir laga, skor 1-0 bertahan untuk kemenangan Timnas Yordania.[sya]

Sabtu, 20 Agustus 2011

Suporter Persebaya Beri Nama Anak Bonek

Surabaya - Fanatisme pada sebuah klub sepakbola, Persebaya, oleh suporter setianya, Bonek, memang sudah sangat dikenal sejak lama. Namun, 'kenekatan' salah satu suporter ini cukup luar biasa.

Seorang Bonek bernama Aris Margaricorela mengungkapkan kebanggaannya pada klub Surabaya itu dengan cara unik. Dia memberikan nama putra pertamanya, Muhammad Bonek Jaya Ramadhan.

Harapannya sama seperti suporter lainnya. Ia ingin sang anak bisa menjadi punggawa Persebaya dikemudian hari dan memahami pentingnya dukungan Bonek.

Aris pun mengaku seorang Bonek sejati, kemana pun Persebaya bermain dia terus berusaha menonton dipinggir lapangan.

Yang belum saya singgahi hanya dua pulau saja, yaitu Sulawesi dan Papua,” kata Gegek, sapaan akrab Aris, seperti yang dilansir situs resmi Liga Premier Indonesia.

Selain itu, kisah cinta pernikahan Gegek juga berawal dari sepakbola. "Awal kenalannya di facebook. Kemudian berlanjut ketemu ketika ada rapat bonek Jabodetabek pada 2009," ungkapnya.

Kebetulan Tarina adalah anggota North Jack Ladies – sebutan untuk suporter perempuan Persitara, Jakarta Utara. Keduanya pun menikah 10 Oktober 2010 silam.

Gilanya, saking menyukai sepakbola, Aris nekat membawa istinya naik kereta tangki menyaksikan pertandingan Persebaya 1927 vs Tangerang Wolves di kompetisi LPI. Parahnya, ketika pulang mereka sempat ditimpuki.

Pulangnya kami sempat dilempari suporter Lamongan. Tapi, alhamdulillah, saya, istri, dan calon bayi kami selamat,” kenang pria berperawakan kurus ini.

"Awalnya saya mengira anak saya perempuan. Sebab, ketika di-USG kata dokter perempuan. Karena itu, saya sempat menyiapkan nama Geisya Bonita Jaya. Nggak tahunya lahir laki-laki, dan akhirnya saya beri nama Muhammad Bonek Jaya Ramadhan,” urai Gegek mengenak kelahiran anak pertamanya.

Kamis, 11 Agustus 2011

Bonek nach Bandung

              22.01.2010 : Am Montagmorgen wollte ich mit 3 meinen Freunden nach Bandung fahren, um Persib Bandung gegen Persebaya Surabaya zu sehen. Eigentlich wollten wir nach Bandung mit dem Zug fahren , aber als wir auf dem Bahnhof waren, war der Zug voll. Denn wir hatten schon die Eintrittskarte gekauft, geben wir diese Frau hinter dem Schalter sie zurück. Auf dem Bahnhof gab es viele Bonek, die nicht aufsteigen konnten. So waren wir entäuscht. Dann fuhren wir zu Bungurasih,um den Bus zu suchen. Schlieβlich fuhren wir nach Bandung mit dem Bus. Als ich in Solo war, bekam ich eine Mitteilung von meinem Freund, daβ es in Solo Bahnhof eine Unruhe zwischen Bonek und Bevölkerungen gab. Wir hatten Glück , weil wir durch dem Bahnhof nicht fuhren.

            Am Samstagmorgen kamen wir in Bandung. Dann fuhren wir zum Dago Park, Pause zu machen. Danach fuhren wir zum Si Jalak Harupat Stadion. Auf der Straβe hatten wir einen Unfall. Gott sei Dank ! wir hatten keine SchlimmeWunde. Als wir im Stadion waren, wurden wir bei Viking begrüβt. Der Spiel wurde um 19.00 Uhr angefangen. Die Situation des Stadions war sehr voll. Der Spiel zwischen Persib Bandung gegen Persebaya Surabaya war sehr wunderbar. Schlieβlich gewann Persib Bandung mit dem Ergebnis 4 -2.

            Es gab so viele Bonek in ganzen Stadion, die über die Niederlage verstanden haben. Nach dem Spiel haben Sie ihre T-Shirts getauscht. Dieses Ereignis zeigte, daβ Bonek und Viking getauscht. Dann gingen wir ins Stadion aus. Aber wir konnten nicht zum Bahnhof, denn es gab Stau. Eigentlich   möchten wir sofort nach Surabaya fahren , aber wir kamen in den Bahnhof zu spät und der Zug hatten abgefahren. Denn wir bekamen keinen Zug, mussten wir da übernachten .

            
Am Sonntagmorgen auf dem Bahnhof sehen wir fern.  Es gab Nachrichtten, die erklärten , dass in Solo gab es Steinskrieg (man nennt „Perang Batu“). Einige benutzt kleine Bombe ( man nennt Bom Molotov). Villeicht mag die Bevölkerung nicht mit Bonek, denn Bonek warenkrumm.Damit entschieden wir uns, am Mittwoch zu fahren. Also wir fuhren mit dem Zug nach Surabaya. Wir hatten Glück, denn die Bevölkerung, die in Solo blieben, hatten uns mit keine Steine geworfen . Dann fühlten wir uns wohl, unser Zug kommt in Surabaya an.

           

BONEK


Bonek sind ein Verein von Surabaya, Man nennt Bonek, denn es bedeutet “Man Bondho Nekat” . Bonek ist ein Fan vor Persebaya 1927(damals nannbe Man Persebaya Surabaya), obwohl es eine Formalle Gruppe gibt, heiβt es Yayasan Suporter Surabaya (YSS).

            Bonek Begriff wurde erstmals von der “Jawa Pos“ im Jahr 1989 angehoben, um das Phänomen Persebaya Fans sind nach Jakarta Beflockung in groβer Zahl zu beschreiben. Traditionell ist der erste Indonesische Bonek Anhänger sozialisieren weg Anhänger (Fussballfans), die die Mannschaft Reisen zu anderen Städten begleitet). Wie in Europa. In ihrer Entwicktung wurden entfernt Anhänger auch durch die Wirkung Kampf mit dem gegnerischen. Niemand kennt den Ursprung, Bonek werden redikal und Anarchist. Wenn sich auf das Jahr 1988 beziehen, als 25 Tausend Bonek von Surabaya nach Jakarta verlassen, im Finale Persija gegen Persebaya hatte keine Ausschreitungen auch.

            Traditionell haben Bonek Gegner gegenbenfalls Unterstützer im Ausland. Als die Gewerkschaft Ära sind, die Traditionelle Gegner von Bonek sind PSIS semarang und Bobotoh bandung. Im der Ära des Indonesicher Wettbewerb war Aremania Malang, The Jak (Persija), L.A mania (persela), Pasoepati(persis Solo) und Macz man(PSM Makassar). Im Zeitalter des Indonesicher Wettbewerbs konnte Bonek Frieden mit PSIS Semarang, Bobotoh Bandung, Pasoepati(Persis Solo) und Macz man(PSM Makassar) schlieβen.

Bonek sind kein Verbrecher


Bonek sind ein Verein von Surabaya, Man nennt Bonek, denn es bedeutet “Man Bondho Nekat” . Bonek ist ein Fan vor Persebaya 1927(damals nannbe Man Persebaya Surabaya), obwohl es eine Formalle Gruppe gibt, heiβt es Yayasan Suporter Surabaya (YSS).

            Bonek Begriff wurde erstmals von der “Jawa Pos“ im Jahr 1989 angehoben, um das Phänomen Persebaya Fans sind nach Jakarta Beflockung in groβer Zahl zu beschreiben. Traditionell ist der erste Indonesische Bonek Anhänger sozialisieren weg Anhänger (Fussballfans), die die Mannschaft Reisen zu anderen Städten begleitet). Wie in Europa. In ihrer Entwicktung wurden entfernt Anhänger auch durch die Wirkung Kampf mit dem gegnerischen. Niemand kennt den Ursprung, Bonek werden redikal und Anarchist. Wenn sich auf das Jahr 1988 beziehen, als 25 Tausend Bonek von Surabaya nach Jakarta verlassen, im Finale Persija gegen Persebaya hatte keine Ausschreitungen auch.

            Traditionell haben Bonek Gegner gegenbenfalls Unterstuetzer im Ausland. Als die Gewerkschaft Ära sind, die Traditionelle Gegner von Bonek sind PSIS semarang und Bobotoh bandung. Im der Ära des Indonesicher Wettbewerb war Aremania Malang, The Jak (Persija), L.A mania (persela), Pasoepati(persis Solo) und Macz man(PSM Makassar). Im Zeitalter des Indonesicher Wettbewerbs konnte Bonek Frieden mit PSIS semarang, Bobotoh bandung, Pasoepati(persis Solo) und Macz man(PSM Makassar) schlieβen.


            Als Bonek Manie ich auch erkennen, daβ schlechtes Image noch mit dem Bonek beigeflügt. Neben der negativen Seite gibt es viele positive Seiten als bonek, Von Jahr zu Jahr versuchen, so ein schlechtes Bild freizugeben. Tatsächlich können Veränderungen nicht im Wege der sofortigen getan werden. Ebenso Bonek, dass nach und nach auf das schlechte Image zu aendern. Es ist jetzt anders, Bonek Verhaltensänderungen aus, dass gerne Lärm nun in ein Pazifist geworden zu machen. Beweisen Sie es unruhe Bonek mit Fans, die einmal Feinde geworden Brüder, z.B : PSIS semarang, Bobotoh bandung, Pasoepati (persis Solo) und Macz man (PSM Makassar)

            Print und elektronischen Medien sollen um die Geschellschaf zu ankuendigen, dass Bonek sich geändert sind. Print und elektronischen Medien infomieren nicht immer schlechte Verhalten von Bonek. Villeicht kann Bonek in Zukunft gute Verhalten als schlechte Verhalten vorzeigen.

            Es war kein Elfenbein, die nicht geknackt ist, obwohl Bonek Verhalten von Jahr zu Jahr gut war, aber es gibt auch einige Bonek die noch gut zu sein. Ich hoffe, nicht nur Bonek wer Frieden zu wahren, sondern auch alle Fans in Indonesien kann den Frieden zwischen allen Fans in Indonesien zu wahren.

Sabtu, 16 Juli 2011

Katanya sih suporter terbaik... tapi ?

Bersikap Hipokrit atau munafik, dulu selalu meneriakan dan menyuarakan reformasi PSSI, PSSI Munafik, PSSI Goblok pada setiap pertandingan home , namun setelah Arema meraih gelar juara liga Indonesia 2010 dan Kongres Sepakbola Nasional, suara lantang Aremania tidak pernah terdengar lagi.
Kerusuhan dan Pembakaran stadion Brawijaya, Kediri.
Kerusuhan dan Perusakan stadion Delta, Sidoarjo.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang (Vs Bontang PKT)
Kerusuhan di Stadion Mandala Krida, Jogjakarta.
Kerusuhan di Stadion Palaran, Samarinda.
Kerusuhan di Stadion Kapten Dipta, Gianyar, dengan melakukan aksi pelemparan terhadap supporter tuan rumah Persegi Gianyar .
Kerusuhan di stadion Kapten Dipta, Gianyar , Aremania Dewata melakukan pelemparan terhadap Bus team Persebaya 1927, dan melakukan adu domba antara Bonek dengan Laskar Kuda Jingkrak, supporter Bali De Vata FC, padahal Arema Indonesia tidak mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia.
Kerusuhan di Stadion Wilis, Madiun, Aremania melakukan penyerangan terhadap supporter Persekabpas Pasuruan, Sakeramania.
Melakukan adu domba Delta Mania dan Bonek Mania, sehingga terjadi permusuhan antara Delta Mania dengan Bonek .
Melakukan aksi anarkis terhadap kendaraan dengan plat L saat Aremania melakukan konvoi juara di Malang.
Melakukan aksi anarkis terhadap pemain Persebaya saat away ke Malang, sehingga pemain dan ofisial Persebaya terpaksa diangkut Panser.
Melakukan aksi pelemparan terhadap supporter PSS Sleman, Slemania saat partai PSBI Blitar Vs PSS Sleman .
Melakukan pelemparan dan perusakan rumah penduduk, ruko dan stasiun Gambiran Kediri.
Melakukan pelemparan rumah penduduk di Kediri, setelah Final piala Indonesia 8 Agustus 2010.
Melakukan pelemparan terhadap bus milik Pemkot Kediri di Blitar pada saat piala Indonesia 2010.
Melakukan Penjarahan saat Tour ke Jakarta musim 2009 – 2010.
Melakukan perusakan di stadion Kanjuruhan, Arema Indonesia Vs Persitara (Partai ini disaksikan Presiden SBY).
Melakukan provokasi sehingga terjadi penyerangan terhadap Bonek saat melintasi wilayah Solo.
Memecah belah Persebaya menjadi dua, Persebaya LPI dan Persebaya DU.
Menyanyikan Lagu Rasis ke pemain Persipura Jayapura.
Melakukan terror sinar laser terhadap kiper Persipura , Yoo Jae – Hoon pada saat partai Arema Indonesia Vs Persipura Jayapura.
Melakukan Provokasi terhadap Bonek ketika berlangsung pertandingan Persahabatan antara Blitar Selection Vs Persebaya 1927, 3 Juli 2011

senin, 11 April 2005 Madiun Rusuh, Stadion Hancur

Madiun, Surya - Wajah persepakbolaan Indonesia kembali
tercoreng, menyusul bentrok antara suporter Persekabpas
Pasuruan (Sakeramania) dengan Arema Malang (Aremania) di
Stadion Wilis, Madiun, Minggu (10/4).
Dalam kerusuhan menjelang pertandingan itu, sedikitnya
delapan Sakeramania dan enam Aremania terluka. Sebagian
besar korban menderita luka di bagian kepala akibat saling
lempar. Mereka dirawat di RSU Dr Soedono Madiun.

Sebelum terjadi kerusuhan, suporter Aremania M Abdul
Rochim, 25, warga Bandulan IA/3B, RT 1/RW 4, Kecamatan
Sukun, Malang, tewas dalam perjalanan ke arena
pertandingan. Ia terjatuh dari sepeda motor di Jl Raya
Balerejo, Madiun.

Tanda-tanda pertandingan bakal rusuh terlihat sejak Minggu
(10/4) dini hari. Ribuan Aremania tiba di stadion senilai
Rp 33 miliar, Sabtu (9/4) malam, disusul Sakeramania yang
datang secara bergelombang.

Awal bentrok terjadi saat angkota yang membawa sekelompok
suporter dikepruk kelompok lain di Jl Parikesit. Kaca
depan dan samping kendaraan ini hancur.

Sekitar pukul 13.00, stadiun telah penuh sesak suporter.
Yang tidak kebagian tempat, berdesakan di sudut-sudut
sebelah utara stadion. Kecewa tidak dapat masuk, mereka
melemparkan batu ke dalam stadion. Lemparan dibalas. Aksi
saling lempar ini terjadi sekitar satu jam.

Berjejalnya ribuan suporter di luar stadion ini membuat
pagar pembatas tribun di selatan dan timur jebol. Mereka
yang tak kebagian tempat ini akhirnya berhasil membanjiri
lapangan dan tribun VIP.

Suporter Persekabpas diimbau pulang demi keamanan Kota
Madiun. Namun, dalam perjalanan pulang ke Pasuruan atau
saat berada di Jl S Parman, Madiun, dua bus pengangkut
mereka dilempari batu oleh massa. Kaca bus pecah.

Kecewa

Hingga pukul 15.00 WIB, ribuan suporter masih berada di
dalam stadion. Sambil menanti pertandingan dimulai, mereka
bernyanyi dengan gerakan atraktif.

Tetapi, hingga pukul 16.00 WIB, pertandingan belum juga
dimulai. Mereka kecewa setelah Ucok, pengawas pertandingan
PSSI, memutuskan menunda pertandingan tanpa batas waktu.
Penundaan terjadi karena aparat tidak dapat menjamin
keamanan.

Para suporter mengamuk, merusak stadion yang baru
diresmikan tahun 2004. Massa merobohkan pagar pembatas
penonton, baik tribun ekonomi maupun VIP. Mereka juga
menghancurkan kaca, menjungkirbalikkan meja dan mesin
ketik pengawas pertadingan.

Tim keamanan dari kepolisian, TNI, Satpol PP dan satgas
lainnya hanya menyaksikan amukan para suporter. "Kami
sudah berbuat maksimal, tetapi massa penonton cukup
banyak. Jumlah aparat yang disiapkan tak sebanding dengan
jumlah penonton yang mencapai puluhan ribu," terang Wakil
Panpel Pertandingan Sulistiyono.

Sebelum insiden di Stadion Wilis, bentrok antara suporter
Persekabpas dengan Arema terjadi di kawasan lokalisasi
Gayungan, Nganjuk, Minggu (10/4) dinihari. Akibatnya,
sebuah Daihatsu Station Nopol N 2787 UG pecah kaca
depannya dan sekitar 88 suporter diamankan di Mapolres
Nganjuk.

Kapolres Nganjuk AKBP Dunan Ismail Isja, melalui
Kasatreskrim AKP Bambang Sutikno, mengatakan pihaknya
masih memeriksa para suporter.

Pengawalan

Terlepas dari kerusuhan, Arema akan tetap menggelar
latihan di Lapangan Rejomulyo, Senin (11/4) pagi, dengan
meminta pengawalan dari petugas Linud 501 Madiun. Hal ini
diungkapkan Humas Arema Drs M Taufan, Minggu (10/4) malam.

"Besok (hari ini), Arema tetap berlatih pagi dan sore.
Soal penundaan pertandingan, kami tidak mau tahu, sambil
menunggu keputusan PSSI. Yang jelas, secara tim, kami
dirugikan," ujar Benny Dollo, pelatih Arema.

Benny mengatakan kerusuhan di Madiun telah merugikan
program latihan Arema yang telah disusun rapi. Sedangkan
Manajer Arema Ir Gandi Yogatama menyatakan tidak akan
terjadi kalau panitia pelaksana maupun aparat keamanan
siap menggelar pertandingan.

Pada pertemuan di Hotel Kharisma sebelum pertandingan
digelar, kata Gandi, pihak Polresta Madiun menyatakan
tidak sanggup mengendalikan suporter, sehingga pengawas
pertandingan (PP) memutuskan tidak menggelar pertandingan.

Pertemuan itu dihadiri Bupati Pasuruan, manajer dan
asisten manajer Persekabpas, Kabagops Polresta Madiun, dan
kubu Arema diwakili pelatih Benny Dollo, manajer Gandi
Yogatama dan Muklis, Ketua Panpel Arema.

Sementara itu, Wakil Manajer Persekabpas Abu Bakar Asegaf
mengaku kecewa. Sebabm sebagai tuan rumah, suporter
Persekabpas yang berjuluk The Laskar Sakerah tidak dapat
masuk stadion untuk memberikan dukungan kepada tim
kebanggaannya.

Insiden itu, katanya, bukan kesalahan suporter
Persekabpas. Pasalnya, Arema yang masuk duluan ke stadion,
tidak memberi tempat kepada pendukung tuan rumah. "Akibat
kekecewaan itu, muncullah aksi saling lempar dan berimbas
pada pemulangan suporter kami," ungkap Assegaf.

Dia juga menuding, jumlah personil keamanan yang
diterjunkan relatif sedikit, untuk mengamankan partai yang
sarat dengan suporter dalam jumlah besar seperti Arema dan
Persekabpas. Jumlah 750 personel dinilai kecil. "Imbasnya,
pertandingan ditunda. Kami menyerahkan sepenuhnya masalah
ini ke PSSI," pungkas dia.(fat/ofi/tbu/aru)

Jumat, 15 Juli 2011

PERSEBAYA 1927

18 JUNI 2011 Persebaya genap berusia 84 tahun. Artinya 84 tahun silam pada 18 Juni 1927 Persebaya didirikan. Dari googling di internet hanya disebutkan bahwa Persebaya didirikan Paijo dan M Pamoedji dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Tidak ada penjelasan atau cerita siapa Paijo dan siapa M Pamoedji. Benarkah mereka pendiri Persebaya? Apalagi teman-teman Bonek punya inisiatif untuk tidak melupakan sejarah. Momen ulang tahun Persebaya minimal bisa dilakukan dengan cara ziarah ke makam pendiri Persebaya tersebut. Saya tergelitik untuk mencari tahu pendiri Persebaya tersebut.

Tapi benarkah Paijo dan M Pamoedji pendiri Persebaya? Saya makin penasaran dengan kisah berdirinya SIVB, cikal bakal Persebaya. Memang disebutkan bahwa SIVB didirikan untuk 'menandingi' perkumpulan sepakbola milik orang-orang Belanda, Soerabhaiasche Voetbal Bond (SVB). Tapi siapa saja tokoh-tokoh dibalik SIVB?

Di Persebaya ada nama Pak Soepangat. Beliau dikenal bak 'kamus berjalan' kalau ditanya soal Persebaya. Kemampuannya tentang seluk beluk Persebaya sungguh luar biasa. Announcer di setiap pertandingan home Persebaya ini bisa bercerita dengan detil sejarah Persebaya. Kisah-kisah para pemainnya dan juga prestasi yang diraih Persebaya.

Saya menemui Pak Pangat dan minta cerita tentang SIVB, Paijo dan M Pamoedji. Berikut menyampaikan niat teman-teman Bonek untuk ziarah ke makam pendiri Persebaya pada 18 Juni mendatang. Tapi Pak Pangat ternyata tidak banyak tahu tentang SIVB. Makam almarhum Paijo dan M Pamoedji juga tidak diketahui. Bahkan Pak Pangat bilang bahwa kedua tokoh tersebut BUKAN pendiri SIVB tetapi hanyalah pengurus SIVB. Nah!!!

Dari penelusuran di internet saya sama sekali tidak menemukan data lengkap tentang SIVB. Sebenarnya cara paling mudah adalah mendatangi kantor Arsip Nasional di Jakarta dan mencari lembaran negara terkait pendirian SIVB. Pasti ketemu! Saya mencari dengan cara gampang saja. Tidak perlu ke Jakarta dan minim biaya. Surfing internet.

Saya akhirnya menemukan nama Jemmy Husny Mubarak. Namanya muncul karena pria asal Lamongan ini pernah membuat skripsi tentang Persebaya. Husny yang sekarang menjadi guru di SMP Muhammadiyah 4 Surabaya itu membuat skripsi berjudul "Perkembangan SIVB Menuju Klub Persebaya Tahun 1927-1978". Saat itu dia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.

Skripsinya dibuat tahun 2007 lalu dan mendapatkan nilai sempurna, A. Saya browsing di facebook dan akhirnya bisa berteman dengan Husny. Menyapa melalui inbox dan minta cerita siapa pendiri Persebaya. Husny menyarankan saya untuk membaca sendiri skripsinya. Apa yang dia tulis sesuai dengan data / fakta yang dia peroleh.

Saya makin penasaran dengan jawaban tidak jelas tersebut. Hehehehe. Maka sehari berikutnya, Selasa (14/6) saya datang ke perpustakaan Program Ilmu Budaya Unair. Ketemu skripsi milik Husny tersebut. Sayang skripsinya tak bisa dibawa keluar atau difotocopy. Hanya boleh dicatat. Cilaka! Saya juga tidak bawa kertas catatan dan alat tulis. Maka fasilitas notes di HP saya manfaatkan untuk membuat resume skripsi Husny.

Ternyata SIVB dibentuk secara bersama-sama oleh tokoh-tokoh sepakbola pribumi yang memiliki klub-klub bola. Pengurus awal SIVB adalah Pamudji, R Sanoesi, Sidik, Askaboel, Radjiman Nasoetion. Sedangkan klub yang kali pertama berkumpul membentuk SIVB adalah klub Selo, Rego, RKS, Olivio, Tjahaja Laoet dan PS Hizboel Whatan. Dalam skripsi tidak ada penjelasan siapa saja pengurus awal SIVB tersebut. Siapa menjabat sebagai apa juga tidak ada datanya. Apakah mereka masing-masing pemilik klub awal pendiri SIVB atau bagaimana juga tidak ada ceritanya.

Bahkan nama Paijo juga tidak muncul!!!

Dari skripsi Husny saya menyimpulkan bahwa SIVB yang sekarang menjadi Persebaya adalah didirikan oleh KLUB-KLUB BOLA NON BELANDA. SIVB bukan didirikan orang per orang. Kehadiran tokoh-tokoh bola waktu itu seperti Pamudji, R Sanoesi, Sidik, Askaboel dan Radjiman Nasoetion adalah mewakili klubnya masing-masing.

Mereka menjadi pengurus SIVB karena posisinya sebagai pengurus / pemilik KLUB-KLUB BOLA NON BELANDA tersebut. Pada masa penjajahan Jepang, klub anggota SIVB bertambah, yaitu Maroeto, Tjahaja Moeda, Thiong Hoa, Alvaos, Jong Ambon (SVJA) dan klub Indo Belanda.

Sebelum PSSI didirikan pada 19 April 1930, pada 1-2 Oktober 1927 di Solo bertempat di gedung Studie Club telah berlangsung pertemuan bersejarah. Empat persatuan sepakbola yaitu SIVB (tidak diketahui siapa pengurus yang datang mewakili SIVB), Vorsterlansche Voetbal Bond (Persis Solo), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Persib Bandung) dan PS Hizboel Wathan (Jogja) bersepakat untuk membentuk dan mendirikan Indonesische Voetbal Bond (IVB). Inilah persatuan sepakbola cikal bakal PSSI. IVB menggunakan lambang gulo klopo alias warna merah dan putih sebagai dasar lambang mereka, dan ditengah-tengahnya ada tulisan IVB.

Kesimpulan saya pendiri Persebaya adalah warga bola Surabaya yang kala itu bersepakat dan bermufakat mendirikan perkumpulan sepakbola nasionalis guna melawan dominasi perkumpulan bola milik orang Belanda.

Bagaimana menurut Anda???