Sabtu, 27 Agustus 2011

Anti Provokator

Disini Bonek disana Delta dimana-mana kita saudara...

Disini Bonek disana Delta dimana-mana kita saudara...

Woooowowoowoo..

Wooowooowoowoo..



Bonek Delta kita saudara..

Bonek Delta kita saudara..

Arema Janc#k dibunuh saja..



Lagu itu selalu terdengar ketika Bonek bertemu dengan Deltamania. Suporter yang merupakan cikal bakal semua suporter di Jawa Timur ini selalu bergandeng tangan dengan ‘adiknya’, Deltamania. Baik di Surabaya ataupun Sidoarjo. Tapi itu dulu. Ya, dulu sebelum sang adik menjadi ‘durhaka’ seperti sekarang ini. Semua ini berawal dari hal-hal kecil yang dibiarkan berlarut-larut dan akhirnya menjadi sebuah masalah yang besar.



Masih terekam jelas di ingatan saya ketika Persebaya vs Deltras di Surabaya pada Copa Indonesia tahun 2007/2008. Deltamania yang ditempatkan di tribun utama Gelora 10 November saat itu membakar baju Arema, musuh bersama saat itu. Bonek dan Deltamania sama-sama menyanyikan lagu persaudaraan. Pertandingan berjalan aman meski Persebaya ditahan imbang oleh Deltras. Deltamania pun pulang dengan aman dan lancar. Namun keadaan berbalik ketika pertandingan leg ke-2 di Sidoarjo. Polisi melakukan penyitaan terhadap spanduk Bonek yang akan berangkat ke Sidoarjo tanpa alasan yang jelas. Ketika salah seorang Bonek menanyakan alasannya, polisi menyatakan bahwa itu merupakan intruksi dari Deltamania dan Panpel Deltras. Sampai di Stadion, Bonek yang jumlahnya melebihi suporter tuan rumah sebagian besar tertahan di luar karena kondisi di dalam Stadion Delta sudah penuh. Tribun VIP sampai Utara dipenuhi Bonek, sedangkan tribun Timur dan Selatan dijejali suporter tuan rumah. Ribuan Bonek yang tertahan di luar Stadion kecewa karena sebagian besar sudah membeli tiket, alhasil terjadi kericuhan antara Bonek melawan aparat keamanan di luar Stadion.



Pertandingan sendiri berlangsung alot dan panas. Tak berbeda jauh dengan situasi di tribun penonton. Setelah Persebaya kebobolan, emosi Bonek mulai terpancing. Keadaan semakin memanas setelah Gubis (drijen Deltamania) memimpin para Deltamania bernyanyi yang liriknya ada kata ‘Persebaya c#k dibunuh saja’. Ribuan Bonek mengamuk. Bonek di tribun VIP melempari pemain Deltras, sedang yang di Utara melempari Deltamania. Namun kericuhan hanya terjadi di Stadion, di luar Stadion keadaan kembali normal saat Bonek bertemu kembali dengan Deltamania.



Sebenarnya tidak semua Deltamania ‘durhaka’ terhadap Bonek. Saya yakin arus bawah Deltamania masih menganggap dan menghormati Bonek sebagai saudara tuanya karena di Sidoarjo sendiri juga banyak warga asli Sidoarjo yang merupakan pendukung Persebaya. Hanya Gubis dan ‘Delta-delta anyaran’ yang sekarang jadi memusuhi Bonek. Mungkin karena mereka telah terpengaruh oleh provokasi Aremania. Sebagai contoh, saat persija bermain di Sidoarjo beberapa tahun lalu, beberapa anak beratribut Deltras yang masih berusia sangat belia berusaha menyerang The Jak yang datang di Sidoarjo. Namun anak tersebut justru dipukuli oleh korlap Deltamania yang mengawal The Jak. Saya juga pernah melihat baju bertuliskan ‘Deltamania Garis Keras Anti Aremania’ saat saya menyaksikan Persidafon vs Persibo pada 8 besar divisi utama 2009 lalu di Sidoarjo.



Banyak hal lain yang menyebabkan hubungan Bonek-Delta semakin memburuk. Diantaranya, ketika Deltras vs Persebaya di Sidoarjo pada Liga Jatim 2010 bulan Ramadhan tahun lalu. Deltamania yang kalah jumlah dengan Bonek malah mengibarkan syal arema dan menyanyikan lagu yang liriknya menghina Bonek/Persebaya. Bahkan ketika Deltras mencetak gol, salah seorang Deltamania menaiki pagar Stadion lalu melepas celana dan menunjukkan (maaf) alat kelaminnya ke arah Bonek. Bonek pun mengamuk dan menyalakan kembang api lalu mengarahkannya ke arah Deltamania. Setelah pertandingan, banyak Deltamania yang menjadi korban pemukulan oleh Bonek. Hal serupa juga terjadi ketika pertandingan Deltras vs Persib pada lanjutan ISL 2010.



Puncaknya ketika markas Deltamania di depan Stadion Delta diserang oleh gerombolan beratribut Bonek. Kejadian ini terjadi ketika Bonek dalam perjalanan pulang usai menyaksikan pertandingan uji coba di Pasuruan. Bonek yang akan menuju Surabaya justru berbelok ke arah Stadion dan menghancurkan markas Deltamania dan semua isinya. Mungkin para Bonek ini sudah tidak bisa menahan emosi karena di sepanjang jalan di Sidoarjo banyak coretan di tembok yang menghina Bonek.



Sangat disayangkan bila Bonek dan Deltamania yang dulunya kawan sekarang menjadi lawan. Dulu setiap Deltras bertanding selalu ada atribut Persebaya di dalam Stadion. Namun atribut hijau itu tak terlihat lagi setelah sekitar 2 tahun tahun lalu Gubis melarang atribut Bonek masuk Stadion saat Deltras bertanding. Sekarang yang sering terlihat adalah atribut Aremania ketika Deltras bertanding. Mungkin Deltamania sudah lupa kalau suporter dari Malang itu pernah menghancurkan Stadion Delta tahun 2002 lalu. Saat itu Bonek membantu Deltamania yang diserang Aremania. Sekarang yang terjadi justru Bonek yang akan menyaksikan pertandingan kandang Persebaya dari arah Selatan (Malang, Pandaan, Pasuruan, Probolinggo, Porong, Sidoarjo dan sekitarnya) menjadi korban serangan rutin Deltamania. Nyanyian Rasis menghina Bonek juga sepertinya sudah menjadi lagu wajib bagi Deltamania.



Permusuhan ini jika dibiarkan terus menerus tentunya akan berakibat fatal, apalagi letak kota Sidoarjo yang ‘dikepung’ basis-basis Bonek. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila Persebaya bertemu Deltras di Sidoarjo. Sudah pernah diadakan upaya perdamaian yang dipelopori Kalpolres Sidoarjo. Namun nampaknya perdamaian itu hanyalah omong kosong belaka jika tidak ada tindak lanjut. Kenyataannya lagu rasis masih terus dinyanyikan Deltamania. Gubis juga terus melakukan doktrin ‘Benci Bonek’ kepada warga Sidoarjo, khususnya Deltamania, meski doktrin itu tidak berlaku terhadap ‘Deltamania lawas’. Ini terlihat dari jumlah penonton yang hadir disetiap pertandingan kandang Deltras selalu berkurang. Menurut hemat saya hal ini terjadi karena ‘Deltamania lawas’ sudah muak dengan lagu-lagu yang menghina Bonek. Mereka lebih memilih untuk tidak menonton daripada ikut menghina jati diri mereka sendiri di masa lalu. Di grup FB DELTRAS SIDOARJO untuk DELTAMANIA juga masih banyak anggota-anggota grup yang menyesalkan nyanyian rasis. Tak sedikit pula Deltamania yang mencela Gubis.



Solusi yang paling tepat adalah pentolan-pentolan Bonek bekerja sama dengan Deltamania yang masih pro perdamaian. Menyarankan ‘Deltamania lawas’ untuk memenuhi Stadion dan membuat kelompok baru dengan dirjen baru juga tentunya, bukan malah ‘mengosongkan’ Stadion. Nantinya kelompok ini duduk dan bernyanyi di tribun yang berbeda dengan Gubis. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu dukungan kepada Deltras dan lagu persaudaraan Bonek-Deltamania. Saya yakin kelompok ini akan menarik massa yang lebih banyak dari pada yang selama ini di depan Papan Skor. Dengan begitu para Deltamania yang selama ini ‘mengosongkan’ Stadion akan kembali memadati Stadion dan bernyanyi bersama lagi. Tidak menutup kemungkinan massa yang pro gobes ikut tertarik ke kelompok baru ini. Lama kelamaan doktrin ‘Benci Bonek’ yang disebarkan Gubis pasti hilang. Bonek-Deltamania pun kembali bersaudara seperti dulu lagi.



Sesungguhnya permusuhan ini tak ada gunanya kawan. Berbeda dengan permusuhan Bonek-Aremania yang selalu abadi.

Indonesia Tumbang di Yordania


Minggu, 28 Agustus 2011 04:31:36 WIB
Reporter : M. Syafaruddin


Surabaya (beritajatim.com) - Menjelang pertandingan lawan Iran di pra Piala Dunia, 2 September nanti, Tim Nasional (Timnas) Indonesia harus menelan kekalahan atas tuan rumah Yordania dengan skor tipis 0-1. Satu-satunya gol yang lahir di laga yang dilangsungkan di Amman International Stadium itu lair dari kaki Abdullah Deeb.

Pada pertandingan ini, Indonesia memang lenih banyak bertahan. Utaanya di babak pertama dimana Firman Utina banyak mengandalkan serangan balik. Kiper Fery Rotinsulu harus bekerja keras dengan melakukan penyelamatan gemilang atas tendangan Amer Deeb. Sayang Fery hanya bermain 29 menit setelah cedera lutut. Posisinya digantikan Markus Horison.

Di kawan markus, gawang Indonesia tetap aman hingga turun minum. Meski ia terus dibombardir serangan dari kubu tuan rumah Yordania. Hingga babak pertama usai, skor 0-0 masih bertahan. Gawang Markus akhirnya bobol di menit ke-50 melalui kaki Abdullah Deeb dari tendangan sudut. Bola tendangannya langsung mengarah ke gawang dan tidak mampu dihalau Markus.

Dalam kondisi tertinggal, permainan Indonesia belum bisa berkembang. Tak banyak peluang yang mereka dapat hingga babak kedua memasuki menit ke-70. Justru Yordania lebih banyak melakukan tusukan dan tendangan dari luar kotak penalti. Beruntung dua peluang dari tuan rumah dapat diantisipasi Markus.

Tak puas dengan lin depannya, pelatih Indonesia, Wim Rijsbergen memasukkan beberapa nama baruyang memilkiki tipikal menyerang, seperti Irfan Bachdim dan Ferdinand Sinaga. Petaka untuk Timnas, memasuki akhir laga, merek aharus kehilangan Bambang Pamungkas yang mengalami cedera setelah ditackling pemain Yordania.

Keluarnya Bambang membuat komposisi lini depan mengalami perubahan. Kini Irfan Bachdim diduetkan dengan Ferdinand. Sayang duet penyerang muda ini tak membuahkan hasil yang signifikan. Hingga akhir laga, skor 1-0 bertahan untuk kemenangan Timnas Yordania.[sya]

Sabtu, 20 Agustus 2011

Suporter Persebaya Beri Nama Anak Bonek

Surabaya - Fanatisme pada sebuah klub sepakbola, Persebaya, oleh suporter setianya, Bonek, memang sudah sangat dikenal sejak lama. Namun, 'kenekatan' salah satu suporter ini cukup luar biasa.

Seorang Bonek bernama Aris Margaricorela mengungkapkan kebanggaannya pada klub Surabaya itu dengan cara unik. Dia memberikan nama putra pertamanya, Muhammad Bonek Jaya Ramadhan.

Harapannya sama seperti suporter lainnya. Ia ingin sang anak bisa menjadi punggawa Persebaya dikemudian hari dan memahami pentingnya dukungan Bonek.

Aris pun mengaku seorang Bonek sejati, kemana pun Persebaya bermain dia terus berusaha menonton dipinggir lapangan.

Yang belum saya singgahi hanya dua pulau saja, yaitu Sulawesi dan Papua,” kata Gegek, sapaan akrab Aris, seperti yang dilansir situs resmi Liga Premier Indonesia.

Selain itu, kisah cinta pernikahan Gegek juga berawal dari sepakbola. "Awal kenalannya di facebook. Kemudian berlanjut ketemu ketika ada rapat bonek Jabodetabek pada 2009," ungkapnya.

Kebetulan Tarina adalah anggota North Jack Ladies – sebutan untuk suporter perempuan Persitara, Jakarta Utara. Keduanya pun menikah 10 Oktober 2010 silam.

Gilanya, saking menyukai sepakbola, Aris nekat membawa istinya naik kereta tangki menyaksikan pertandingan Persebaya 1927 vs Tangerang Wolves di kompetisi LPI. Parahnya, ketika pulang mereka sempat ditimpuki.

Pulangnya kami sempat dilempari suporter Lamongan. Tapi, alhamdulillah, saya, istri, dan calon bayi kami selamat,” kenang pria berperawakan kurus ini.

"Awalnya saya mengira anak saya perempuan. Sebab, ketika di-USG kata dokter perempuan. Karena itu, saya sempat menyiapkan nama Geisya Bonita Jaya. Nggak tahunya lahir laki-laki, dan akhirnya saya beri nama Muhammad Bonek Jaya Ramadhan,” urai Gegek mengenak kelahiran anak pertamanya.